Cintailah Saudaramu seperti Mencintai Dirimu
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik RA, pembantu Rasulullah SAW, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai mampu saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[Shahih Bukhari, Hadits no. 13 dan Shahih Muslim, Hadits no. 45]
Cinta adalah kekuatan, seseorang akan melakukan apa saja demi yang ia cinta. Karenanya cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah bukti dari keimanan. Sebab, jika sudah tertanam cinta kepadaNya maka seseorang akan menjadi hamba yang ta’at.
Kecintaan “Vertikal” sebagai spirit ruhani yang kuat, harus merdampak kepada kecintaan “horizontal” yaitu cinta pada sesama. Dan menjadi bagian kesempurnaan keimanan mencintai saudara sesama muslim, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Di antara tanda iman yang wajib adalah seseorang mencintai saudaranya yang beriman lebih sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia pun tidak ingin sesuatu ada pada saudaranya sebagaimana ia tidak suka hal itu ada padanya. Jika cinta semacam ini lepas, maka berkuranglah imannya.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:305).
Wassalam
_HM
Tulis Komentar