0811106108

10 AWAL DZULHIJJAH

$rows[judul]

Keluarga Besar Alirsyad yg berbahagia....

 Jika Allah bersumpah dengan nama makhluk ciptaannya, ini menunjukkan bahwa makhluk tersebut memiliki keutamaan. Ulama berselisih pendapat mengenai 10 hari yang Allah gunakan untuk bersumpah dalam surah Al-Fajr, yang dimaksud dalam ayat ini apakah 10 hari di awal bulan Zulhijah atau 10 hari di akhir bulan Ramadan.


Allah Ta’ala berfirman,


وَالْفَجْرِ. وَلَيَالٍ عَشْرٍ


“Demi fajar. Dan (demi) hari yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)


Pendapat pertama: 10 hari awal bulan Zulhijah

Ibnu Katsir rahimahullah termasuk yang berpendapat bahwa maksud ayat adalah 10 awal bulan Zulhijah. Beliau berkata,


والليالي العشر : المراد بها عشر ذي الحجة ، كما قاله ابن عباسٍ وابن الزبير ومُجاهد وغير واحدٍ من السلف والخلف


“Yang dimaksud dengan “malam yang sepuluh” adalah sepuluh hari pertama di bulan Zulhijah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Ibnu az-Zubair, Mujahid, dan lainnya dari kalangan kaum Salaf dan Khalaf.” (Tafsir Ibni Katsir, 8: 535)


Memang kata-kata “malam” dalam ayat tersebut, dalam bahasa Arab bisa dimaksudkan sebagai siang hari. Karena kebiasaan orang Arab mengungkapkan “hari” dengan “malam”.


Ibnul Arabi rahimahullah berkata,


أنه أطلق على الأيام ( ليالي) لأن اللغة العربية واسعة ، قد تطلق الليالي ويراد بها الأيام ، والأيام يراد بها الليالي


“Makna malam bisa dimaksudkan siang hari, karena bahasa Arab luas pemaknaannya. Terkadang disebutkan malam, padahal maksudnya siang; dan sebaliknya disebutkan siang, namun maksudnya malam” (Ahkamul Quran, 4: 334)


Pendapat kedua: 10 hari akhir bulan Ramadan

Syekh Muhamad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,


وإنما يرجح القول الثاني أنها الليالي العشر الأواخر من رمضان، وأقسم الله بها لشرفها، ولأن فيها ليلة القدر


“Yang lebih tepat adalah pendapat kedua, yaitu 10 akhir Ramadan. Allah telah bersumpah dengan kemuliaannya karena padanya terdapat malam Lailatul Qadar.” (Tafsir Juz Amma li Syaikh Ibnu Al ‘Utsaimin, Asy-Syamilah)


Pendapat ketiga: menjamak (mengkompromikan) dua pendapat

Pendapat ketiga dari para ulama yaitu yang menjamak dua pendapat sebelumnya, mereka menyatakan bahwa jika siang hari awal 10 bulan Zulhijah lebih mulia daripada siang hari 10 akhir Ramadan. Dan sebaliknya, 10 akhir malam Ramadan lebih baik dari 10 awal malam Zulhijah. Sehingga tafsir ayat tersebut mencakup bulan Zulhijah dan bulan Ramadan, yaitu 10 siang awal Zulhijah dan 10 malam akhir Ramadan.


Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan hal ini, 


:ليالي العشر اﻷخير من رمضان ، أفضل من ليالي عشر ذي الحجة ، و أيام عشر ذي الحجة أفضل من أيام عشر رمضان ، وبهذا التفصيل يزول اﻹشتباه ، ويدل عليه أن ليالي العشر من رمضان إنما فضلت بإعتبار ليلة القدر ، وهي من الليالي ، و عشر ذي الحجة إنما فضل بإعتبار أيامه، إذ فيه يوم النحر ، و يوم عرفة ،و يوم التروية …


“Sepuluh malam terakhir bulan Ramadan lebih utama daripada sepuluh malam pertama dari bulan Zulhijah. Dan sepuluh hari pertama Zulhijah lebih utama daripada sepuluh hari terakhir Ramadan. Dari penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada. Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir Ramadan lebih utama ditinjau dari malamnya. Sedangkan sepuluh hari pertama Zulhijah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya) karena di dalamnya terdapat hari nahr (kurban), hari Arafah, dan terdapat hari tarwiyah (8 Zulhijah).” (Zaadul Ma’aad, hal. 20)


Syekh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr hafidzahullah berkata,


أنّ العشر الأيام الأوّل من شهر ذي الحجة هي خير أيام السنة على الإطلاق ، والعشر الليالي الأخيرة من شهر رمضان هي خير ليالي السنة على الإطلاق


“Sepuluh siang hari pertama bulan Zulhijah lebih baik dari hari-hari setahun secara mutlak dan sepuluh malam akhir bulan Ramadan lebih baik dari malam setahun secara mutlak.” (Khotbah Salat Jumat, sumber: http://al-badr.net/detail/zVFpX7gDBA2K].


Hendaknya kita bersemangat beribadah dan melakukan hal-hal bermanfaat bagi diri dan masyarakat pada waktu-waktu yang mulia ini.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)