0811106108

Khusyuk dan IkhlashPembahasan Minhajul Qooshidiin

$rows[judul]

Khusyuk dan Ikhlash

Rangkuman Materi Majlas

Pembahasan Minhajul Qooshidiin

Oleh Kandi Sunarji, M.Pd CT. NNLP

 

Dalam bahasan kali ini saya  coba menyajikan rangkuman atau uraian bahasan tentang Khusyuk dan Ikhlash. Bahasan ini saya ambil dari penyampaian Materi  Majlas edisi ke 31 Bersama Dr. Imanuddin Kamil, Lc. M.Pd. terkait bedah kitab  Minhajul Qaashidiin Karya Ibnu Qudamah. Senin, 4 September 2023.

Sebagai seorang muslim kita sering mendengar  bahkan menyebutan kata Khusyuk dikaitkan dengan sholat. Hal ini karena memang Allah SWT menyebutkannya demikian.

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (Surat Al Baqarah 2 :45)

Namun, Khusyuk itu sendiri  menurut Dr. Imanuddin Kamil walaupun dikaitkan dengan sholat bukan berarti amalan khsuyuk ini tidak bisa kita amalkan dalam ibadah atau amalan lainnya. Seyogyanya kekhusyuan ini kita hadirkan dalam aktivitas amaliah kita untuk menguatkan ibadah yang sedang kita kerjakan.

Selain Khusyuk, Allah kaitkan sholat juga dengan kata sabar. Sebagaimana tercantum dalam Al Quran

Al-Baqarah 153

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Surat Al Baqarah 2:153)

Bila merujuk pada dua ayat diatas, dapat disebutkan bahwa amalan Khusyuk dan sabar ini memiliki tujuan yang sama yaitu ketika dalam melaksanakan ibadah kita hanya berharap pertemuan dengan Allah SWT (ridho-Nya) serta meyakini bahwa kita akan kembali kepada-Nya.

 “(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Surat Al Baqarah 2:46)

Ibnu Qudamah (penulis) dalam kitabnya menempatakan keutamaan Khusyuk ini di dalam bab Sholat. Amalan Khusyuk memiliki keutamaan yang besar diantaranya adalah menghapus dan mengampuni dosa dosa yang lalu.

Diriwayatkan dari utsman bin Affan dari Rosulullah SAW Barang siapa shalat dua rakaat, dimana dia tidak berbicara kepada dirinya (dalam hatinya) didalamnya, maka dosa-dosanya yang telah beralu di hapus dan diampuni.

Hadits diatas juga menguatkan keterkaitan amalan khusyuk dengan Sholat. Sholat merupakan ibadah yang memiliki urgensi yang sangat pokok dalam agama islam. Sholat selain menjadi tiang agama. juga menjadi amalan yang pertama kali akan dihisab oleh Allah SWT.

Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Al Hafizh Ibnu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

 

Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.)


Dr. Imanuddin Kamil menjelaskan sebagaimana kita ketahui bahwa sholat memiliki rukun, wajib-wajib dan sunah-sunah. Maka Ruhnya sholat adalah Niat, Ikhlash, Khusyuk dan kehadiran hati.

Niat merupakan amalan hati. Keterkaitannya dengan Khusyuk, dan ikhlas dalam hal ini penulis kitab menyebutkan bahwa ibadah yang sampai kepada Allah SWT adalah kriteria yang mendominasi hati, sehingga mendorong untuk melakukan perintah-perintah yang dituntut kepadanya.

Dr.Imanuddin Kamil juga menyebutkan setidaknya ada 3 tips untuk membangun amalan hati menuju pada  kekhusyuan dalam sholat agar sholat yang dijalankan menjadi hidup, berdasarkan kitab yang dikarang Syaikh Ibnu Qudamah. Berikut Penjelasannya.

1.    Menghadirkan hati

Kesiapan dalam menjalankan suatu ibadah harus diiringi dengan semangat tinggi. Hal ini akan memicu kehadiran hati saat kita melaksanakan ibadah secara otomatis. Sehingga menjadi langkah dalam menghadirkan hati untuk dapat khusyuk didalam pelaksanaan sholatnya. Selain upaya membatasi pikiran pikiran diluar sholat yang dapat mengganggu dari kekhusyuan sholat itu sendiri.

2.    Memahami makna ucapan

Kehadiran hati dalam sholat juga dapat diusahakan dengan memahami makna ucapan yang dibaca saat sholat. Sebagaimana kita pahami bahwa pikiran kita terus bergerak dan mencoba menghadirkan beragam lintasan pikiran dalam sholat itu sendiri. Selain faktor bisikan syaitan juga. Dan hal ini cukup berat mengganggu kekhusyuan dalam sholat.

Sehingga penulis memberikan perumpamaan dalam rangka mengarah pada kekhusyuan yang ada keterkaitan dengan hal hal yang bersifat lahiriyah seperti pendengaran dan penglihatan adalah dengan memutuskan apa yang menyibukan pendengaran dan penglihatan yang akhirnya memudarkan kekhusyuan. Salah satunya adalah dengan memahami makna ucapan dalam sholat.

3.    Mengagungkan Allah dan merasakan kewibawaannya.

Dalam konteks ini ada dua perkara yang harus dipahami, pertama memahami akan keagungan Allah SWT sebagai Tuhan yang mesti diagungkan dan disembah tanpa ada hal hal yang menyertainya. Kedua mengetahui kerendahan jiwa kita dihadapan Allah SWT. Bahwasanya kita adalah seorang hamba.  Sehingga dari dua perkara ini akan melahirkan sifat tunduk dan juga kekhusyuan dalam diri.

 

Dari uraian diatas setidaknya memberikan gambaran terkait apa yang harus hadir dalam hati pada saat kita melaksanakan Ibadah khususnya Sholat baik dari segi bacaan maupun gerakan. Dalam konteks menghadirkan hati, hendaklah orang yang shalat berharap pahala dengan shalatnya, seperti halnya ia takut akan hukuman jika meninggalkannya.

Dalam konteks gerakan sholat, dalam menunjang kepada kehadiran hati untuk menuju kekhusyuan seperti menghadapkan wajah ke kiblat saat akan sholat, disana kita memalingkan pandangan dari arah arah lainnya selain hanya ke kiblat/ka’bah, demikian dengan hati ia tidak menghadap Allah kecuali dengan meninggalkan selain Allah SWT.

Pun dalam pelafadzan / bacaan, seperti takbir. Jangan sampai kita melakukan sebuah kedustaan. Ketika lidah mengucapkan takbir, tapi hati masih meyakini sesuatu yang lebih besar selain dari pada Allah. Saat membaca ta’awudz, perlindungan kepada Allah. Akan sia sia jika tidak berlindung dengan hati kita. Hanya sekedar ucapan saja. Memahami penuh perasaan dan penghayatan saat terucap dzikir dzikirnya.

Begitupula saat kita melakukan gerakan ruku dan sujud, maka dalam konteks menghadirkan hati didalamnya saat ruku rasakanlah ketawadhuan, saat sujud merasakan betapa hinanya diri yang hanya tercipta dari tanah dimana kita sendiri menyentuhnya saat bersujud.

Selain Khusyuk, dalam islam juga dikenal dengan kata Ihsan. Ihsan adalah bagian dari rukun agama. Selain Islam dan Iman. Ihsan sebagaimana hadits Jibril yang menyebutkan engkau beribadah seolah-olah engkau melihat Allah SWT, Seandainya kamu tidak melihatnya maka sesungguhnya ia melihat kamu. Dan Inilah tingkatan amaliyah hati yang harus dihadirkan untuk terus menjaga kekhusyuan dalam ibadah khususnya shalat seorang hamba. Dimanapun dan kapanpun.

Maka melengkapi dari kajian Bab Khusyuk dan ikhlas  ini, Dr. Imanuddin Kamil mengingatkan kepada kita untuk menjaga keistiqomahan beribadah. Disertai dengan keseriusan dalam melaksanakannya. Bukan hanya menjadikan ibadah sebagai penggugur kewajiban.

 

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)