Khusyuk dan Ikhlash
Rangkuman Materi Majlas
Pembahasan Minhajul Qooshidiin
Oleh Kandi Sunarji, M.Pd CT. NNLP
Dalam bahasan
kali ini saya coba menyajikan rangkuman
atau uraian bahasan tentang Khusyuk dan Ikhlash. Bahasan ini saya ambil dari penyampaian
Materi Majlas edisi ke 31 Bersama Dr.
Imanuddin Kamil, Lc. M.Pd. terkait bedah kitab Minhajul Qaashidiin Karya Ibnu Qudamah. Senin,
4 September 2023.
Sebagai seorang
muslim kita sering mendengar bahkan menyebutan
kata Khusyuk dikaitkan dengan sholat. Hal ini karena memang Allah SWT
menyebutkannya demikian.
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk” (Surat Al Baqarah 2 :45)
Namun, Khusyuk itu sendiri menurut Dr. Imanuddin Kamil walaupun dikaitkan
dengan sholat bukan berarti amalan khsuyuk ini tidak bisa kita amalkan dalam
ibadah atau amalan lainnya. Seyogyanya kekhusyuan ini kita hadirkan dalam
aktivitas amaliah kita untuk menguatkan ibadah yang sedang kita kerjakan.
Selain
Khusyuk, Allah kaitkan sholat juga dengan kata sabar. Sebagaimana tercantum
dalam Al Quran
Al-Baqarah 153
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Surat Al Baqarah 2:153)
Bila merujuk
pada dua ayat diatas, dapat disebutkan bahwa amalan Khusyuk dan sabar ini
memiliki tujuan yang sama yaitu ketika dalam melaksanakan ibadah kita hanya berharap
pertemuan dengan Allah SWT (ridho-Nya) serta meyakini bahwa kita akan kembali
kepada-Nya.
“(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Surat Al Baqarah 2:46)
Ibnu Qudamah (penulis) dalam kitabnya menempatakan keutamaan Khusyuk ini di dalam bab Sholat. Amalan Khusyuk memiliki keutamaan yang besar diantaranya adalah menghapus dan mengampuni dosa dosa yang lalu.
Diriwayatkan dari utsman bin Affan dari Rosulullah SAW Barang siapa shalat dua rakaat, dimana dia tidak berbicara kepada dirinya (dalam hatinya) didalamnya, maka dosa-dosanya yang telah beralu di hapus dan diampuni.
Hadits diatas juga menguatkan keterkaitan amalan khusyuk dengan Sholat. Sholat merupakan ibadah yang memiliki urgensi yang sangat pokok dalam agama islam. Sholat selain menjadi tiang agama. juga menjadi amalan yang pertama kali akan dihisab oleh Allah SWT.
“Inti (pokok) segala perkara
adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no.
2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Al Hafizh Ibnu Thohir mengatakan bahwa hadits ini
hasan)
“Sesungguhnya amal yang pertama
kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika
shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya
rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat
wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki
shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya.
Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan
hadits tersebut hasan.)
Dr. Imanuddin Kamil menjelaskan sebagaimana kita ketahui bahwa sholat memiliki rukun, wajib-wajib dan sunah-sunah. Maka Ruhnya sholat adalah Niat, Ikhlash, Khusyuk dan kehadiran hati.
Niat merupakan amalan hati. Keterkaitannya dengan Khusyuk, dan ikhlas dalam hal ini penulis kitab menyebutkan bahwa ibadah yang sampai kepada Allah SWT adalah kriteria yang mendominasi hati, sehingga mendorong untuk melakukan perintah-perintah yang dituntut kepadanya.
Dr.Imanuddin Kamil juga menyebutkan setidaknya ada 3 tips untuk membangun amalan hati menuju pada kekhusyuan dalam sholat agar sholat yang dijalankan menjadi hidup, berdasarkan kitab yang dikarang Syaikh Ibnu Qudamah. Berikut Penjelasannya.
1.
Menghadirkan hati
Kesiapan dalam menjalankan suatu ibadah harus diiringi dengan semangat tinggi. Hal ini akan memicu kehadiran hati saat kita melaksanakan ibadah secara otomatis. Sehingga menjadi langkah dalam menghadirkan hati untuk dapat khusyuk didalam pelaksanaan sholatnya. Selain upaya membatasi pikiran pikiran diluar sholat yang dapat mengganggu dari kekhusyuan sholat itu sendiri.
2.
Memahami makna ucapan
Kehadiran hati dalam sholat juga dapat diusahakan dengan memahami makna ucapan yang dibaca saat sholat. Sebagaimana kita pahami bahwa pikiran kita terus bergerak dan mencoba menghadirkan beragam lintasan pikiran dalam sholat itu sendiri. Selain faktor bisikan syaitan juga. Dan hal ini cukup berat mengganggu kekhusyuan dalam sholat.
Sehingga penulis memberikan perumpamaan dalam rangka mengarah pada kekhusyuan yang ada keterkaitan dengan hal hal yang bersifat lahiriyah seperti pendengaran dan penglihatan adalah dengan memutuskan apa yang menyibukan pendengaran dan penglihatan yang akhirnya memudarkan kekhusyuan. Salah satunya adalah dengan memahami makna ucapan dalam sholat.
3.
Mengagungkan Allah dan merasakan kewibawaannya.
Dalam konteks ini ada dua perkara yang harus dipahami, pertama
memahami akan keagungan Allah SWT sebagai Tuhan yang mesti diagungkan dan
disembah tanpa ada hal hal yang menyertainya. Kedua mengetahui kerendahan jiwa
kita dihadapan Allah SWT. Bahwasanya kita adalah seorang hamba. Sehingga dari dua perkara ini akan melahirkan
sifat tunduk dan juga kekhusyuan dalam diri.
Dari uraian
diatas setidaknya memberikan gambaran terkait apa yang harus hadir dalam hati
pada saat kita melaksanakan Ibadah khususnya Sholat baik dari segi bacaan
maupun gerakan. Dalam konteks menghadirkan hati, hendaklah orang yang shalat
berharap pahala dengan shalatnya, seperti halnya ia takut akan hukuman jika
meninggalkannya.
Dalam konteks
gerakan sholat, dalam menunjang kepada kehadiran hati untuk menuju kekhusyuan
seperti menghadapkan wajah ke kiblat saat akan sholat, disana kita memalingkan
pandangan dari arah arah lainnya selain hanya ke kiblat/ka’bah, demikian dengan
hati ia tidak menghadap Allah kecuali dengan meninggalkan selain Allah SWT.
Pun dalam
pelafadzan / bacaan, seperti takbir. Jangan sampai kita melakukan sebuah
kedustaan. Ketika lidah mengucapkan takbir, tapi hati masih meyakini sesuatu
yang lebih besar selain dari pada Allah. Saat membaca ta’awudz, perlindungan
kepada Allah. Akan sia sia jika tidak berlindung dengan hati kita. Hanya
sekedar ucapan saja. Memahami penuh perasaan dan penghayatan saat terucap
dzikir dzikirnya.
Begitupula saat
kita melakukan gerakan ruku dan sujud, maka dalam konteks menghadirkan hati
didalamnya saat ruku rasakanlah ketawadhuan, saat sujud merasakan betapa
hinanya diri yang hanya tercipta dari tanah dimana kita sendiri menyentuhnya
saat bersujud.
Selain Khusyuk,
dalam islam juga dikenal dengan kata Ihsan. Ihsan adalah bagian dari rukun
agama. Selain Islam dan Iman. Ihsan sebagaimana hadits Jibril yang menyebutkan
engkau beribadah seolah-olah engkau melihat Allah SWT, Seandainya kamu tidak
melihatnya maka sesungguhnya ia melihat kamu. Dan Inilah tingkatan amaliyah
hati yang harus dihadirkan untuk terus menjaga kekhusyuan dalam ibadah
khususnya shalat seorang hamba. Dimanapun dan kapanpun.
Maka melengkapi
dari kajian Bab Khusyuk dan ikhlas ini,
Dr. Imanuddin Kamil mengingatkan kepada kita untuk menjaga keistiqomahan
beribadah. Disertai dengan keseriusan dalam melaksanakannya. Bukan hanya
menjadikan ibadah sebagai penggugur kewajiban.
Tulis Komentar