0811106108

DUA CARA POKOK UNTUK SUKSES BELAJAR

$rows[judul]

Keluarga Besar Al Irsyad yang berbahagia…..

Ada dua cara pokok agar kita sukses dalam belajar, yaitu mendengarkan secara saksama dan fokus memikirkan. Coba kita renungkan, jika kita mendengarkan dengan baik dan fokus saat mengambil ilmu (ngaji), walau kita tidak melihat penyampaian, pasti ilmu tetap masuk. Betul tidak?

Coba kita renungkan ayat berikut di mana Allah menyifati penduduk neraka dengan kebodohan. Mereka disebut bodoh karena terhalang dari jalan mendapatkan ilmu. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk: 10-11).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Mereka tidak mendapatkan ilmu karena tidak mendengar dan tidak memikirkan. Mendengar dan memikirkan adalah dua asal pokok dari mendapatkan ilmu.” (Miftah Daar As-Sa’adah, 1:242)

Dalam ayat lain disebutkan,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179). Mereka tidaklah mendapatkan ilmu karena tidak memiliki tiga hal yaitu akal, mendengar, dan melihat. Sebagaimana dalam ayat yang lain disebutkan,

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.” (QS. Al-Baqarah: 171)

Dalam ayat lain disebutkan,

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)

Dalam ayat lain disebutkan,

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.” (QS. Al-Ahqaf: 26)

Dalam Miftah Daar As-Sa’adah (1:242-243), “Orang yang masuk neraka disifatkan oleh Allah terkadang dengan:

  • binatang ternak
  • keledai yang membawa kitab yang tebal
  • lebih sesat dari binatang ternak
  • sejelek-jelek hewan
  • orang mati, tidak hidup
  • berada dalam kegelapan kebodohan dan kesesatan
  • hati mereka tertutup
  • telinga mereka tersumbat
  • pandangan mereka
  • penglihatan mereka tertutup
  • Pensifatan ini semua menunjukkan akan jeleknya kebodohan. Pelakunya tercela dan dibenci. Sebaliknya, ahli ilmu itu dicintai, disanjung, dan dipuji.”


Wassalam

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)